Analisis semiotika pada video Wonderland Indonesia by Alffy
Kajian seni rupa dan desain
Nama : Evi
Monica Susanti
Npm :
202246500222
Kelas : R4C
Hai gais balik lagi nih sama Evi
kalian pasti sudah kenal saya kalo semisalnya kalian baca juga ceritaku di blog
yang sebelumnya . oke buat yang belom tau aku siapa ,aku bakalan memperkenalkan
diri lagi secara singkat aja ya. Nama ku Evi Monica Susanti aku biasa di
panggil Evi , aku lahir dan besar di Depok . sekarang umurku masih 19 tahun dan
sekarang aku sedang menempuh Pendidikan di Universitas Indrapasta PGRI semester
4 dan sekarang sedang berjuang untuk lulus dari semester ini dan salah satu
matkul yang harus aku lulus di semester ini adalah matkul “ Kajian Seni Rupa
& Desain “.
Maka dari itu aku membuat tulisan pada blog pribadi saya dengan mengkaji video “ Wonderland Indonesia “by Alffy Rev ft. Novia Bachmid (Chapter 1). Maka saya hanya mengambil satu topik saja yang akan saya kaji .di dalam video itu banyak sekali yang bisa di kaji mulai dari rumah -rumah adat ,pakaian -pakaian tradisional ,lagu-lagu daerah , monument-monumen khas daerah-daerah yang ada di Indonesia , alat musik tradisional dan masih banyak lagi ,tapi yang akan saya kaji adalah pakaian tradisional khas minang . Kenapa saya bisa tertarik ke pakaian tradisional khas Minangkabau karena menurut saya pakaian adatnya lucu di bagian kepalanya seperti tanduk kerbau .maka dari itu saya ingin mengkaji makna yang tersirat di dalam pakaian tradisional khas minang ini dan saya juga akan mengkaji pakaian tradisional ini akan di gunakan saat ada acara atau upacara adat atau kegiatan yang lainnya .
Dalam teori semiotika tentang penanda dan petanda berarti yang menjadi penanda adalah pakaian tradisional itu sendiri sedangkan yang menjadi petanda adalah makna , konsep dan pikiran kita atas pakaian tradisional itu sendiri. Pakaian bunda kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang adalah pakaian adat khas minagkabau yang pada umumnya di gunakan oleh Perempuan yang sudah menikah .pakaian ini merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga. Orang
Minang memberikan penghargaan
yang tinggi kepada wanita. Tingginya rasa hormat tersebut tidak hanya diucapkan
dalam bentuk kata, namun juga diaplikasikan dalam bentuk budaya, salah satunya
melalui pakaian adat. Pakaian adat untuk wanita juga bisa disebut dengan
pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang. Limpapeh Rumah Nan Gadang
merupakan lambang kebesaran wanita. Dalam Bahasa Minang, Limpapeh berarti tiang
besar yang digunakan untuk menopang bangunan. Sebuah bangunan dapat berdiri
kokoh karena ada tiang tengah yang menopang sekaligus menyangga semua kekuatan
bangunan tersebut dan menjadi pusat kekuatan tiang-tiang lain. Jika tiang
tersebut patah/ rusak/ hancur, maka bangunan tersebut akan runtuh karena tidak
ada yang menyangga. Makna dari pakaian ini adalah menggambarkan
pentingnya peran wanita dalam kehidupan rumah tangga. Wanita yang dimaksud di
sini adalah wanita yang sudah menikah dan berkeluarga. Lambak adalah
perlengkapan pakaian Bundo Kanduang bagian bawah yang terbuat dari songket
maupun berikat. Fungsinya tentu sebagai penutup bagian bawah untuk wanita. Cara
memakai lambak adalah dengan mengikatkannya ke bagian pinggang dengan belahan
yang disusun di bagian depan, belakang, atau samping tergantung dari desa
asalnya.
1. Tingkuluak Tanduak karena memiliki bentuk yang menyerupai tanduk kerbau. Penutup kepala jenis ini seringkali digunakan untuk upacara adat, tari adat, pengiring pengantin, dan penyambutan tamu. Pada umumnya, Tingkuluak Tanduak ini terbuat dari bahan kain songket hasil tenun yang tebal dan dipadukan dengan benang emas ciri khas Minangkabau. Bagian belakang Tingkuluak Tanduak terdapat hiasan berupa kain yang terurai ke belakang. Bentuk tingkuluak ini ada yang satu tingkat hingga tiga tingkat dan bergantung pada daerah asal. Pemilihan tanduk kerbau sebagai kiblat bentuk tingkuluak ini bukan tanpa alasan. Tanduk kerbau merupakan salah satu ikon dalam budaya masyarakat Minang. Filosofi dari bentuk tanduk kerbau untuk melambangkan kekuatan hati, gigih, tidak pernah putus asa, dan mempunyai kemauan yang tinggi dalam mencapai cita-cita yang baik. Ujungnya dibuat agak tumpul untuk menggambarkan sifat ramah tamah, berani, dan tidak ingin melukai orang lain. Panjang tanduk kedua sisi haru sama dan seimbang karena dimaksudkan sebagai simbol bahwa hidup harus seimbang dan adil.
2. Tingkuluak
Balapak digunakan oleh wanita Minang saat acara upacara pernikahan, batagak
penghulu, atau sunatan. Tingkuluak ini memiliki bentuk yang menyerupai gonjong
atap rumah Gadang yang berbentuk persegi panjang pada bagian atas. Cara
mengenakan tingkuluak jenis ini adalah Anda harus membentuk Tingkuluak Tanduak
terlebih dahulu. Setelah itu, ujung kiri selendang dilipat dengan cara
dikelilingkan di bagian luar tanduk kanan dan kiri, sementara bagian ujung
kanan kain, dikreasikan untuk menutupi rambut bagian atas kemudian dibiarkan
terurai. Jadilah tingkuluak yang bentuknya menyerupai gonjong atap rumah
Gadang. Tingkuluak Balapak juga dihiasi dengan minsie. Tingkuluak ini bukan
hanya pakaian semata. Penutup kepala jenis ini mengisyaratkan bahwa wanita
Minang tidak boleh membawa beban yang berat. Tidak jarang tingkuluak ini
digunakan untuk menunjukkan kebangsawanan seorang wanita.
3. Tingkuluak
ini terdiri dua tingkat tingkuluak. Bahan pembuatannya adalah kain balapak.Pada
jaman dahulu, di daerah Lintau Buo, Tanah Datar, Tingkuluak ini hanya boleh
dipergunakan oleh wanita keturunan penghulu atau kaum bangsawan saat bersanding
di pelaminan. Wanita yang bukan kaum bangsawan ataupun keturunan penghulu
diharuskan meminta izin atau membayar uang adat kepada penghulu agar dapat
mengenakan Tingkuluak Balenggek. Agar dapat mengenakannya, Anda perlu membuat
Tingkuluak Tanduak terlebih dahulu pada lapisan bawah. Kemudian pada bagian
atas, dipasang kayu ringan yang kemudian dililit dengan kain. Lilitan kain ini
sebelumnya sudah diberi hiasan berbagai ukiran dan warna keemasan.
4. Tingkuluak Sapik Udang Tingkuluak ini berasal dari daerah Kabupaten Tanah Datar. Bahan tingkalauk ini adalah kain sarung sapik udang dengan warna hitam bermotif kotak-kotak kecil. Kain sarung ini kemudian dipadukan dengan kain mukena.Agar dapat mengenakannya, Anda perlu melipat kain sarung menjadi dua dengan posisi memanjang. Sementara mukena dilipat menjadi empat. Sisi kain dan mukena diletakkan di kepala agar membentuk tanduk di sebelah kanan dengan cara memutarkan ujungnya ke bagian belakang sehingga bagian kiri terlilit. Di ujung kiri, kain dikreasikan agar berbentuk menyerupai bunga kecubung, Tingkuluak ini tidak hanya berfungsi sebagai penutup kepala saja, melainkan juga sebaagi alat perlengkapan shalat umat muslim. Dukuh atau kalung mengisyaratkan bahwa wanita Minang selalu berada dalam lingkaran kebenaran sebagaimana kalung yang melingkari lehernya. Tidak hanya itu, dukuh juga memberikan isyarat tentang pendirian yang kok dan sulit untuk goyah jika sudah berada di atas kebenaran. Galang yang melingkar di pergelangan tangan memberikan isyarat bahwa semua hal ada batasnya. Lebih jelasnya, dalam melakukan sesuatu, seseorang harus mengerti batas kemampuanya .
Komentar
Posting Komentar